Rabu, 16 November 2011

model pemikiran pendidikan menurut Ibnu Sina

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi dan Riwayat Ibnu Sina
Nama asli Ibnu Sina adalah Abu ‘Ali al Husein Ibn Abdullah. Ia lahir di Bukharah tahun 370H./980M. Ia di anggap seorang yang cerdas karena dalam usia sangat muda pada umur 10 tahun ia sudah banyak mempelajari agama isalm serta menghafal al-qur’an seluruhnya dan  pada umur 17 tahun ia di kenal sebagai filosof dan dokter terkemuka di Bukhara. Selain itu Ibnu Sina juga dikenal sebagai tokoh yang luar biasa. Kecualisebagai seorang ilmuan ia juga dapat melakukan berbagai pekerjaan dengan baik seperti dalam bidang kedokteran, pendidikan, penasehat politik, pengarang, dan bahkan menjadi wazir (menteri).
Dalam sejarah pemikiran islam, Ibnu Sina dikenal sebagai intelektual muslim yang banyak mendapat gelar. Sebagai ilmuan Ibnu Sina telah berhasil menyumbangkan buah pemikirannya dalam buku karangannya yang berjumlah 276 buah. Bukunya yang terkenal diantaranya yaitu asy-syifa berupa ensklipedi tentang fisika, matematika dan logika serta al-Qanun at Tibb yang merupakan ensklipedi tentang kedokteran.

MODEL PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT Naquib al-Attas

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Biografi dan Pendidikan  Al-Attas
Syed Moh Naquib al-Attas dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 5 September `93`. Saat itu Indonesia beradadi bawah kekuasaan kolonialisme Belanda. Al-Attas termasuk keturunan orang-orang yang berdarah biru. Ibunya bernama Syarifah Raquan Al-‘Aydarus keturunan bangsawan Sunda di Sukapura[1],  ayahnya syed Abdullah ibn Muhammad Al-Attas  bangsawan di Johor. Al-Attas juga mendapat  gelar “Sayyed” dalam tradisi Isalam keturunan langsung dari nabi Muhammaad.
            Usia 5 tahun, al-Attas dibawa orang tuanya migrasi ke Malaysia. Al-Attas mendapat pendidikan dasar di Ngee Heng Primary School[2] sampai usia 10 tahun.Di sana , al-Attas tingal bersama pamannya, Ahmad, kemudian dengan bibinya, Azizah yang suaminya bernama Dato’ Jaafar ibn Haji Muhammad, Kepala menteri Johor Modern yang pertama. Kemudian al-Attas dan keluarganya kembali ke Indonesia. Disini al-Attas melanjutkan pendidikan di “urwah al-wusqa:, Sukabumi selama 4 tahun pada tahun 1941-1945. Al-Attas mendalami tradisi Isla, bisa dipahami karena saat itu di Sukabumi berkembang perkumpulan tarekat Naqsabandiyah.[3]
            Al-Attas kembali ke Malaysia dengan memasuki dunia militer dengan mendaftarkan sebagai tentara kerajaan upaya mengusir penjajah Jepang. Dalam bidang kemiliteran al-attas telah menunjukkan kelasnya, sehingga atasanya memilih dia sebagai salah satu peserta pendidikan militer yang lebih tinggi. Dia juga belajar sekolah militer di Inggris.

aliran-aliran dalam pemikiran pendidikan islam

BAB II
PEMBAHASAN
Aliran – Aliran dalam Pemikiran Pendidikan Islam
            Salah satu tanggung jawab seorang muslim adalah mendidik dan mempersiapkan generasi muda yang lebih baik dan lebih berkualitas. Generasi yang dimaksud adalah generasi yang terbebas dari kebodohan, keterbelakangan, dan dari buruknya akhlak dan keimanan. Terkait dengan hal itu, Ali bin Abi Thalib berpesan bahwa, "Ajari anak-anakmu karena mereka akan hidup di zamannya yang berbeda dengan sekarang". Islam mengajak dunia pendidikan memasuki era modern dan fleksibel dalam menghadapi tuntutan perubahan dan tantangan masa depan. Untuk mempersiapkan generasi muda yang lebih handal, dibutuhkan konsep dan metode yang dapat menjawab semua tuntutan perubahan zaman yang akan datang maka muncul aliran-aliran pemikiran pendidikan islam : Aliran Konservatif (al-Muhafidz), Aliran Religius-Rasional (al-Diniy al-'aqlaniy)
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini. Oleh karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi pada beberapa rumpun aliran klasik.

MODEL PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT AL-GHOZALI

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Imam Al Ghozali
            Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali dilahirkan di Thusia di daerah Khurasan (Persia), pada tahun 450 H/1058 M. Sejak kecil, Al-Ghazali dikenal sebagai anak yang senang dengan ilmu pengetahuan. Jadi tak mengherankan sejak masa kanak-kanak ia telah belajar kepada sejumlah guru di kota kelahirannya, antara lain Ahmad Ibn Muhammad al-Radzikani. Selain itu juga tak segan-segan ia belajar kepada guru yang jauh dari kota kelahirannya. Di antara guru yang terkenal yang pernah jadi gurunya ialah Imam Al juwaini (Imam Al-Haramain), sewaktu Al Ghazali menuntut ilmu di Naisabur.  
            Melihat kemampuan dan kecerdasab Al Ghazali, Al-Juwaini memberinya gelar “Bahrun Mughriq” (laut yang menenggelamkan). Al-Ghazali baru meninggalkan Naisabur setelah Imam Al-Juwaini meninggal dunia tahun 1085 M (478 H). Dari Naisabur Al-Ghazali menuju Baghdad dan menjadi guru besar di Universitas yang didirikan Nidham Al Mulk seorang Perdana Menteri Sultan Bani Saljuk. Ditengah-tengah kesibukannya sebagai guru besar, ternyata Al Ghazali yang kreatif ini sempat mengarang sejumlah ilmu pengetahuan, antara lain Al Basith, Al Wajiz, Khulashah ilmu fiqh, Al Munqil fi Ilm Al Jadal, Ma’khaz Al Kalaf, Lubab Al Nadzar, Tahsin Al Ma’akhidz dan Mumadi’ wa Al Ghayat fi Fan Al Khalaf.  
            Al Ghazali bertugas sebagai guru besar selam 4 tahun dan kemudian setelah menunaikan ibadah haji, ia menetap di Syam. Dari sini Al Ghazali kembali lagi ke Baghdad lalu ke Naisabur dan bertugas sebagai guru. Tapi tak lama sesudah itu ia kembali ke kota kelahirannya hingga wafatnya di tahun 1111 M  (505 H).