Minggu, 15 April 2012

Variabel dalam penelitian


2.1.         Pengertian Variabel Penelitian
Variabel merupakan suatu istilah yang berasal dari kata vary dan able yang berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi kata variabel berarti dapat berubah. Oleh sebab itu setiap variabel dapat diberi nilai, dan nilai itu berubah-ubah.
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lain. Misalnya tinggi, berat  badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna merupakan atribut-atribut dari obyek.
Menurut Kerlinger bahwa variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya, tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain. Di bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian variabel itu merupakan suatu yang bervariasi.[1]
Sedangkan menurut Moh. Kasiram, variabel ialah segala sesuatu yang menunjukkan adanya variasi (bukan hany satu macam), baik bentuknya, besarnya, kualitasnya, nilainya, warnanya dsb.[2]  Variabel mempunyai nilai yang bervariasi. Oleh karena variabel membedakan satu objek dengan objek lain dalam satu populasi, maka variabel harus mempunyai nilai yang bervariasi.[3]
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di sini bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.[4]
2.2.         Klafikasi Variabel Penelitian
Variabel dapat diklasifikasikan menggunakan beberapa cara penggolongan, yaitu : berdasarkan sifat, kedudukan, skala, dan Berdasarkan alat ukur pengumpulan datanya.[5]
(1)   Berdasarkan Sifat
Menurut sifatnya, variabel dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a.    Variabel Kategori : yaitu variabel yang dapat diklasifikasi secara pilah (mutually exclusive). Beberapa variabel yang memiliki sifat kategoris antara lain : Jenis kelamin (laki-laki, perempuan), status perkawinan (belum, menikah, janda/duda), warna kulit (putih, hitam, sawo matang), suku (Jawa, Sunda, Batak, Bali, lainnya), dan sebagainya.
b.   Variabel Diskrit : yaitu variabel yang dikumpulkan datanya dengan cara membilang atau mencacah. Sebagai hasil proses membilang, maka data diskrit mempunyai satuan ukuran yang utuh, sehingga tidak memungkinkan data berupa pecahan. Contohnya, jumlah anak, jumlah penduduk, usia, jumlah murid, jumlah sekolah, jumlah propinsi, dan sebagainya.
c.    Variabel kontinum : variabel yang datanya terdapat dalam suatu kontinum karena diperoleh dari proses mengukur. Misalnya, data variabel berat badan diperoleh dari hasil pengukuran, misalnya 10 kg. hasil pengukuran tersebut pada dasarnya berada dalam suatu kontinum, mungkin 9,98 kg atau 10,15 kg. data dari variabel kontinum memungkinkan berbentuk pecahan, karena hasil pengukuran berada dalam sebuah kontinum.
(2)      Berdasarkan Kedudukannya
Menurut kedudukannya, variabel dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a.    Variabel bebas : yaitu variabel yang nilainya memengaruhi variabel lain dalam suatu penelitian. Keberadaan variabel ini dalam penelitian merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian.
b.   Variabel terikat : yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel lain dalam suatu penelitian. Keberadaan variabel ini dalam penelitian  adalah sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian.
Misalnya, prestasi adalah variabel terikat. Baik buruknya dipengaruhi oleh minat membaca, dan sebagainya. Minat membaca adalah variabel bebas.
(3)      Berdasarkan skalanya
Menurut skalanya, variabel dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :
a.    Variabel Nominal : yaitu variabel yang tingkat skalanya hanya memilah. Perbedaan nilai variabel tidak mempunyai makna apapun selain untuk keperluan memberikan tanda atau label. Perbedaan nilai tidak mempunyai sifat dapat diurutkan berdasarkan suatu nilai tertentu karena sifat skalanya yang nominal. Misalnya, dalam suatu penelitian, variabel jenis kelamin diambil datanya dengan memberikan skor 1 (satu) untuk responden laki-laki dan skor 0 (nol) untuk perempuan. Meskipun skornya lebih besar, tidak berarti bahwa laki-laki memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perempuan. Perbedaan skor tersebut hanya untuk pemberian tanda semata.
b.   Variabel Ordinal : yaitu variabel yang peneraan skornya dimaksudkan untuk mengurutkan berdasarkan nilai yang dimiliki objek dalam variabel yang diukur. Oleh karenanya sebuah objek yang mempunyai skor lebih tinggi dari yang lain dapat dikatakan memiliki nilai yang lebih daripada objek lain dalam variabel yang diukur. Siswa yang memperoleh nilai 95 dalam tes prestasi belajar lebih pandai dar pada siswa yang memperoleh nilai 80. Termasuk dalam variabel yang mempunyai skala ordinal adalah kecerdasan, prestasi belajar, kreativitas, kemampuan penyesuaian diri dan sebagainya.
c.    Variabel interval : yaitu variabel yang mempunyai skala dengan interval yang sama. Oleh karena mempunyai interval yang sama maka data-data dengan skala interval dapat dijumlahkan. Misalnya, data variabel suhu. Sebuah benda dengan suhu 60oC bila ditambahkan 40oC maka akan menjadi benda dengan suhu 100oC. Hal itu dapat dilakukan karena suhu merupakan variabel dengan skala interval.[6]
d.   Variabel Rasio : yaitu variabel yang mempunyai skala tingkat tertinggi. Atau sama dengan skala interval, hanya dia mempunyai angka Nol mutlak. Di dalam  skala ini jarang digunakan pada penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial. Tetapi paling banyak terjadi dalam penelitian di bidang ilmu-ilmu eksak. Nol mutlak artinya tidak punya sama sekali, kalau panjang besi diukur dari Nol, artinya dimulai dari titik awal dari besi, karena titik dianggap tidak punya panjang.[7]
(4)      Berdasarkan alat ukur pengumpulan datanya
Menurut alat ukur pengumpulan datanya variabel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
a.    Variabel faktual : yaitu variabel yang alat ukurnya tidak perlu dibakukan karena kesalahan data bukan merupakan kesalahan alat ukurnya. Misalnya bila responden tidak jujur mengisi data tentang variabel usia maka kesalahan tidak terletak pada alat ukurnya. Termasuk dalam variabel faktual adalah agama, jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, asal daerah, dan asal sekolah.
b.   Variabel konsep : yaitu, variabel yang alat ukur pengumpulan datanya harus terlebih dahulu dibakukan sebelum digunakan untuk pengumpulan data. Hal itu disebabkan karena ada kemungkinan kesalahan data disebabkan oleh alat ukur yang salah konsep. Misalnya, data motivasi belajar dapat menjadi salah karena butir-butir pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur apa yang semestinya diukur (tidak valid) atau tidak memberikan hasil konsisten (tidak reliabel). Termasuk variabel konsep yaitu prestasi belajar, minat belajar, dan sikap tehadap mata pelajaran matematika.[8]

2.3.      Jenis-Jenis  Variabel  Penelitian
Ada beberapa jenis variabel dalam penelitian, diantaranya yaitu :

(1)      Variabel Independen (variabel bebas), variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus atau masukan, di lakukan oleh seseorang dalam lingkungannya yang dapat mempengaruhi perilaku hasil. Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi, yaitu faktor – faktor yang di ukur, dimanipulasi, atau oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang di observasi atau diamati. Jika seseorang peneliti mengkaji hubungan antara dua variabel, misalnya variabel untuk belajar (A) dan prestasi belajarnya yang di capai oleh pembelajar (B), maka pertanyaan atau masalah yang akan di ajukan” bagaimanakah prestasi belajar yang di capai apabila waktu yang di pakai untuk belajar lebih banyak atau sedikit?”. Berdasarkan rumus penelitian tersebut di atas, banyak atau sedkitnya waktu belajar yang di pakai oleh pembelajar diidentifikasi sebagai variabel terikat.variabel bebas ini  merupakan suatu kondisi yang mendahului, yaitu suatu keadaan yang di perlukan sebelum hasil yang diinginkan terjadi.
(2)      Variabel Dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Makna variabel tergantung dalam penelitian ini di mana variabel tersebut tergantung oleh satu atau pun  banyak variabel yang ada. Contohnya “prestasi hasil belajar” variabel tergantungnya adalah “metode mengajar”, atau bisa juga “tingkat kecerdasan”. Di samping itu, sesungguhnya masih banyak lagi variabel yang dapat mempengaruhi “prestasi hasil belajar”.
(3)      Extraneous Variable,  dimana variabel ini merupakan variabel tambahan yang kadang-kadang perlu ditinjau ulang untuk menjelaskan dan memhami sesuatu hubungan antara variabel yang sudah ada. Kadang-kadang variabel extraneous  ini ditambahkan oleh peneliti sebagai “teks faktor” untuk membantu suatu analisis antara dua faktor lain (independent variable dan dependent variable). Sebagai contoh, dalam analisis hubungan jumlah nelayan dengan jumlah ikan yang ditangkap. Maka kebenaran hubungan ini dapat diuji terhadap variabel extraneous seperti iklim, modernisasi alat penangkapan yang digunakan nelayan, dan sebagainya.
(4)      Veriabel komponen, adalah variabel yang merupakan sub bagian atau komponen dari variabel yang dimaksud dalam penelitian. Biasanya uraian penjelasan variabel komponen tersebut menyangkut variabel independen. Misalnya, banyak sedikitnya perceraian di kalangan petani di daerah tertentu pada setiap musim panen, bukan disebabkan karena faktor “panen” itu seperti : panen jenis hasil bumi tertentu atau ketepatan waktu panen, dan seterusnya.
(5)      Intervening Variable, variabel ini merupakan variabel yang perlu memperoleh perhatian, sebab dalam variabel ini ada unsur-unsur yang ikut campur tangan dalam hubungannya dengan variabel yang sedang diteliti. Adanya variabel “Intervening” akan dapat diduga bila dalam hubungan antara variabel yang sedang diteliti tidak memperlihatkan pola yang sama pada kesempatan atau lokasi yang berlainan. Misalnya, kerajinan murid dengan prestasi hasil belajarnya, sedang variabel Interveningnya antara lain kesehatan, keadaan rumah tangga siswa, beban keluarga siswa.
Kerajinan murid à Kesehatan à prestasi belajarnya.
(6)      Antecendent Variable (Variabel Pendahulu), merupakan variabel yang mempunyai kedudukan sebagai variabel yang mendahului terjadinya variabel independen. Variabel ini merupakan variabel yang mengakibatkan perubahan pada variabel independen. Jika variabel ini dihilangkan, hubungan antara variabel independen dan dependen tidak hilang atau berubah.
(7)      Suppresor Variable (Variabel penekan), dalam hal ini kadang-kadang hubungan antara variabel yang sedang diteliti ternyata tidak ada, atau hubungannya lemah bukan karena memang demikian adanya tetapi disebabkan karena sesuatu variabel yang melamahkan hubungan tersebut. Variabel yang demikian itu dalam penelitian disebut variabel supresor. Variabel ini penting dalam  suatu tindakan analisis untuk menguji suatu hipotesis. Sehingga hipotesis itu bisa ditolak atas dasar hubungan variabel yang lemah, sedang bilamana variabel supresor itu diketemukan maka hubungan yang dicari tersebut ternyata cukup kuat.
Misalnya, dalam penelitian pembuktian bahwasannya IQ seseorang tidak tergantung pada keturunan atau ras. Berbagai penelitian membuktikan ternyata hasilnya terjadi sebaliknya. Yang menekan hubungan  yang tidak ada sehingga menjadi ada hubungan tak lain adalah faktor ekonomi dari pihak responden berbagai ras keturunan yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan, serta ethnosentrisitas berbagai tes IQ yang diadakan.[9]
(8)      Variabel Kontrol, Adalah variabel yang dikendalikan sehingga pengaruh variabel independent terhadap dependent tidak di pengaruhi oleh faktor luar yang tidak di teliti. Variabel ini sering di gunakan peneliti bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.[10]
(9)      Distorter Variable (variabel pengganngu), merupakan variabel yang dapat mengubah arah hubungan di antara dua variabel. Pada awalnya, variabel independen dan dependen mempunyai hubungan yang positif, namun setelah dimasukkan variabel ketiga (variabel pengganggu) hubungan kedua variabel tersebut menjadi negatif.[11] 

2.4.         Jenis Variabel Berdasarkan Hubungannya
Sebagaimana yang telah disinggung pada paparan di atas mengenai hubungan antara variabel independen dan dependen, dan supaya peneliti lebih memahami mengenai makna  hubungan tiap variable penelitian, maka perlu  untuk  dijelaskan makna dari hubungan variable dimaksud terutama dalam menguji ada tidaknya hubungan antar variabel penelitian yang dimaksud. Hubunagn antar variabel tersebut memiliki berbagai macam makna, di antaranya :

(1)      Hubungan Simetris
Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan simetris, apabila variabel yang satu tidak disebabkan oleh variabel yang lain. Contoh hubungan simetris adalah hubungan antara jumlah guru dengan jumlah fasilitas belajar di sebuah sekolah. Variabel jumlah guru tidak memengaruhi jumlah fasilitas belajar, demikian juga variabel jumlah fasilitas belajar juga tidak memengaruhi jumlah guru di sebuah sekolah.[12]
(2)      Hubungan resiprokal (hubungan timbal balik)
Hubungan ini merupakan suatu hubungan yang tidak begitu jelas, di mana variabel yang independen (kausatif) dan mana variabel yang dependen (efek). Misalnya, tidak jelas apakah variabel sikap seorang guru kurang baik karena murid-murid kurang baik atau sebaliknya.
Dalam penelitian sosial (pendidikan) kadang-kadang peneliti mengahdapi dua variabel yang susah untuk segera dapat menentukan mana variabel yang independen dan mana yang variabel dependen. Dalam hal ini dua variabel tersebut bersifat resiprokal (variabel timbal balik).[13]
(3)      Hubungan variabel Asimetris
Hubungan asimetris adalah hubungan di mana satu variabel mempengaruhi variabel yang lain dan tidak dapat saling dipertukarkan. Ada enam tipe hubungan asimetris, yaitu :
a.          Hubungan antara stimulus dan respons.
b.         Hubungan antara disposisi dan respons.
c.          Hubungan antara ciri individu dan disposisi atau tingkah laku.
d.         Hubungan antara prekondisi dan akibat tertentu.
e.          Hubungan yang imanen.
f.          Hubungan antara tujuan dan cara.[14]
Contoh hubungan Asimetris adalah hubungan antara variabel jenis kelamin dengan prestasi belajar; hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan jenis pekerjaan.[15]

(4)   Hubungan Asimetris Dua Variabel
Inti dari analisis ilmiah dalam penelitian adalah hubungan Asimetris, hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Kedua variabel ini dalam pembahasan berikut ini disebut dengan variabel pokok. Hubungan antara jenis variabel tersebut merupakan titik pangkal analisis dalam penelitian sosial, penelitian pendidikan, dan sebagainya. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan antara dua variabel atau lebih; dengan kata lain disebut hubungan dua variabel (bivariate), atau bisa juga hubungan lebih dari dua variabel (multivariate) yakni satu variabel dependen dan beberapa variabel independen.
Ada dua cara untuk menentukan kelas variabel penelitian tersebut antara lain : Pertama, menjadi satu kelas variabel independen yang utuh; Kedua : menganalisis satu persatu independen variabel (X1,X2,X3,X4) yang selanjutnya dihubungkan dengan dependen variabel. Begitu pula dengan hubungan bivariate terutama dalam penelitian sosial, pendidikan jarang dijumpai hal-hal seperti itu dikarenakan ada variabel lain yang lebih berpengaruh.[16]
(5)    Hubungan Asosiatif
Hubungan Asosiatif adalah hubungan antara dua variabel yang tidak saling mengikat, tetapi lebih mengarah pada bentuk kerjasamanya. Misalnya, hubungan antara dokter dan perawat dalam proses penyembuhan.[17]


[1] Anshori, Muslich. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya : Airlangga University Press. Hal :56.
[2] Kasiram. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang : Uin-Maliki Press. Hal :255.
[3] Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan : Pengembangan dan pemanfaatan. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Hal :46.
[4] Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta. Hal : 60-61.
[5] Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan : Pengembangan dan pemanfaatan. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Hal :47.
[6] Ibid, hal : 47-49.
[7] Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Press. Hal : 74.
[8] Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan : Pengembangan dan pemanfaatan. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Hal :51 .
[9] Ghony, Djunaidi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Malang : UIN-Malang Press. Hal : 123-124.
[10] Fauzi, Muchamad. 2009.  Metode Penelitian Kuantitatif.  Semarang : Walisongo Press. hlm. 150.
[11] Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif : Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hal : 52.
[12] Ibid. Hal : 53.
[13] Ghony, Djunaidi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Malang : UIN-Malang Press. Hal : 130.
[14] www.monaliasakwati.blogspot.com/2011/10/penentuan-variabel-penelitian-hubungan.html. di akses pada 28 Maret 2012.  Jam 10:55.
[15] Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif : Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hal : 54.
[16] Ghony, Djunaidi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Malang : UIN-Malang Press. Hal :137-138.
[17] Fauzi, Muchamad. 2009.  Metode Penelitian Kuantitatif.  Semarang : Walisongo Press. hlm. 155.

2 komentar: